Mungkin kamu ga bisa baca ini, eh tapi mungkin bisa juga,
toh setiap malam kamu ngintipin aku saat nulis cerita tentang kamu, kan. Aku cuma
mau bilang tolong lebih dikondisikan lagi aura gelapnya kalo pas datang. Waktu
awal-awal kamu berhasil bikin aku banting layar laptop dan udahan segera masuk
kamar pura-pura tidur.
Makin kesini aku berusaha untuk berdamai dan menerima. Leherku udah ga sakit lagi akibat selalu tiba-tiba menoleh ke belakang, ke sudut dimana mungkin kamu sedang bersemayam diam memperhatikan. Aku sudah berhasil untuk ga selalu begitu lagi. Tapi tolong dengan sangat, jangan lagi menggeser barang apapun di ruang sebelah aku tahu disana ga ada orang, dah pada tidur semua kalo aku mulai nulis tuh. Ga perlu cari perhatianku dengan menjatuhkan sesuatu aku ga akan beranjak lagi dari ruang tamu tempat biasa aku menatap layarku.
Kemudian toloong banget, jangan lagi ngintip-ngintip dari jendela teras depan. Meski tebal, tirai ruang tamuku berwarna putih
polos. Siluet hitammu tetap ketangkap sudut mataku. Please, itu benar-benar
bikin aku keringat dingin. Padahal di saat itu mungkin ideku lagi
banjir-banjirnya menuliskan alur dimana tokoh utama baru saja menyadari, bahwa sebenarnya dialah
tumbal yang dijanjikan. Jadi jangan membuatku berhenti di saat lagi
seru-serunya.
Dan lagi ga perlu lah kamu bertengger di atas meja makan
saat aku mengambil minuman. Sudut mataku tetap menangkap bayangan
pekat yang tak hilang walau cahaya dari kulkas menerangi.
Dalam kesempatan ini aku mau menyampaikan. Jika memang ini yang kamu inginkan, aku tahu kok kamu
selalu hadir saat aku memikirkanmu. Aku tahu bahwa, terkadang kamu ikut menyimak tulisan di layar laptopku kan,
sebab sesekali belakang telinga kananku seolah merasakan hembusan nafasmu.
Jika pun ada yang ingin disampaikan buat aku mengerti lewat
mimpi saja, itu jalan paling aman menurutku. Sekarang aku sudah mencoba untuk
terbuka dan menerima, jadi ga perlu lah memberikan sentuhan dingin di pergelangan kakiku. sumpah, itu bikin merinding seluruh badan. Tolong jangan buat aku menyerah lagi kali ini.
Nah, aku lega sekarang. Setelah hanya bisa
membatin sendiri, akhirnya aku bisa menyampaikan uneg-uneg melalui surat ini. Kamu tahu? tema One Day One Post hari ini menulis surat untuk ‘seseorang’ yang
aku kenal, tapi toh kamu seseorang juga kan.
Dulu.
Jadi merinding
BalasHapusMerinding disko
HapusKapan-kapan posting cerita temen2 astralnya kak
BalasHapusOn the way kak, bismillah
HapusHahaha mbaak kamu ditemanin sama "seseorang " Yang kepo sama calon novelmu tuh. Sapa tahu dia dulunya editor jadi rasa ke-kepo annya tinggi. hihihi...
BalasHapusIni komen terngakak sumpah
HapusOhhh kakaknya Indigo ya?? 0_0. luar biasa kuat sekali. saya Indomie aja udah seleraku kenyang. gak mau Indigo.
BalasHapusindihome kak ^^
Hapuswah, psyshical touch. aa jadi nunggu artikel tentang.. dia ><
BalasHapusntar aku ceritain deh ^^
HapusKenapa kita samaan sih, kak? Pengalaman horor gini, duh, berharap nggak lagi deh, kak, aku tuh
BalasHapuswah sepertinya kak Asri juga merambah ke genre horor yak, insyaallah temen-temen sesama penulis horor mengerti apa yg kita rasakan kak hehe.. ngerti aja nolong enggak ^^
HapusPlease Kak Ninggg aku orangnya 'pemberani' loh, ga expect kMu menulis tentang "beliau yang tak kasat mata". Auto merinding 😔
BalasHapusayo kak lebih "penakut" kalo gitu wkwkwk
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus