Sabtu, 06 Januari 2024

Dear Ghost

 

Mungkin kamu ga bisa baca ini, eh tapi mungkin bisa juga, toh setiap malam kamu ngintipin aku saat nulis cerita tentang kamu, kan. Aku cuma mau bilang tolong lebih dikondisikan lagi aura gelapnya kalo pas datang. Waktu awal-awal kamu berhasil bikin aku banting layar laptop dan udahan segera masuk kamar pura-pura tidur.

Makin kesini aku berusaha untuk berdamai dan menerima. Leherku udah ga sakit lagi akibat selalu tiba-tiba menoleh ke belakang, ke sudut dimana mungkin kamu sedang bersemayam diam memperhatikan. Aku sudah berhasil untuk ga selalu begitu lagi. Tapi tolong dengan sangat, jangan lagi menggeser barang apapun di ruang sebelah aku tahu disana ga ada orang, dah pada tidur semua kalo aku mulai nulis tuh. Ga perlu cari perhatianku dengan menjatuhkan sesuatu aku ga akan beranjak lagi dari ruang tamu tempat biasa aku menatap layarku.


Tahun 2024 ini aku ingin fokus menelorkan novel horor pertamaku tanpa alasan lagi untuk menunda. Jika aktifitas menulis ini menarik perhatian karena energi kengerian yang terpancar, ya maaf, ga bermaksud mengundang. Aku hanya mendeskripsikan penampilan kalian dengan detil demi membuat ceritaku terasa lebih nyata tapi tidak mengajakmu menjadi nyata di rumahku juga.

Kemudian toloong banget, jangan lagi ngintip-ngintip dari jendela teras depan. Meski tebal, tirai ruang tamuku berwarna putih polos. Siluet hitammu tetap ketangkap sudut mataku. Please, itu benar-benar bikin aku keringat dingin. Padahal di saat itu mungkin ideku lagi banjir-banjirnya menuliskan alur dimana tokoh utama baru saja menyadari, bahwa sebenarnya dialah tumbal yang dijanjikan. Jadi jangan membuatku berhenti di saat lagi seru-serunya.

Dan lagi ga perlu lah kamu bertengger di atas meja makan saat aku mengambil minuman. Sudut mataku tetap menangkap bayangan pekat yang tak hilang walau cahaya dari kulkas menerangi.

Dalam kesempatan ini aku mau menyampaikan. Jika memang ini yang kamu inginkan, aku tahu kok kamu selalu hadir saat aku memikirkanmu. Aku tahu bahwa, terkadang kamu ikut menyimak tulisan di layar laptopku kan, sebab sesekali belakang telinga kananku seolah merasakan hembusan nafasmu.

Jika pun ada yang ingin disampaikan buat aku mengerti lewat mimpi saja, itu jalan paling aman menurutku. Sekarang aku sudah mencoba untuk terbuka dan menerima, jadi ga perlu lah memberikan sentuhan dingin di pergelangan kakiku. sumpah, itu bikin merinding seluruh badan. Tolong jangan buat aku menyerah lagi kali ini.

Nah, aku lega sekarang. Setelah hanya bisa membatin sendiri, akhirnya aku bisa menyampaikan uneg-uneg melalui surat ini. Kamu tahu? tema One Day One Post  hari ini menulis surat untuk ‘seseorang’ yang aku kenal, tapi toh kamu seseorang juga kan.

Dulu.

 

15 komentar:

  1. Kapan-kapan posting cerita temen2 astralnya kak

    BalasHapus
  2. Hahaha mbaak kamu ditemanin sama "seseorang " Yang kepo sama calon novelmu tuh. Sapa tahu dia dulunya editor jadi rasa ke-kepo annya tinggi. hihihi...

    BalasHapus
  3. Ohhh kakaknya Indigo ya?? 0_0. luar biasa kuat sekali. saya Indomie aja udah seleraku kenyang. gak mau Indigo.

    BalasHapus
  4. wah, psyshical touch. aa jadi nunggu artikel tentang.. dia ><

    BalasHapus
  5. Kenapa kita samaan sih, kak? Pengalaman horor gini, duh, berharap nggak lagi deh, kak, aku tuh

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah sepertinya kak Asri juga merambah ke genre horor yak, insyaallah temen-temen sesama penulis horor mengerti apa yg kita rasakan kak hehe.. ngerti aja nolong enggak ^^

      Hapus
  6. Please Kak Ninggg aku orangnya 'pemberani' loh, ga expect kMu menulis tentang "beliau yang tak kasat mata". Auto merinding 😔

    BalasHapus
  7. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus